MORUT- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) bersama Komunitas Peduli Perempuan dan Anak (KPPA) Sulawesi Tengah gelar konsolidasi perempuan di Kolonodale, Morowali Utara, Sulawesi Tengah Jumat, 22 September 2023.
Konsolidasi yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam tersebut di hadiri oleh kurang lebih 25 peserta yang terdiri dari beberapa aparatur pemerintahan serta kelompok-kelompok perempuan yang bergerak pada bidang UMKM, pengelola Meti maupun olahan sagu khas Morowali Utara.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengkonsolidasikan kekuatan masyarakat terutama perempuan dalam melawan dampa-dampak yang diakibatkan oleh maraknya pertambangan nikel di kecamatan Petasia Timur serta membangun kekuatan ekonomi perempuan dalam menghadapi dan beradaptasi dengan dampak-dampak pertambangan nikel.
Selain itu konsolidasi ini juga membahas terkait perkembangan dan kendala pengembangan kelompok yang terjadi di desa-desa dampingan, salah satunya Tompira sebagai salah satu desa yang mengayomi dua kelompok perempuan pengelola makanan ringan berbahan dasar meti yang merupakan kerang khas yang terdapat di aliran sungai desa Tompira.
Tidak sedikit pula anggota-anggota kelompok yang keluhkan sumberdaya kerang meti yang semakin berkurang oleh aktifitas penambangan pasir diarea sungai serta keresahan akan keamanan dari mengonsumsi meti yang ditakuti tercemar oleh limbal akibat aktifitas perusahaan tambang, seperti yang telah di utarakan oleh Isranita (43) selaku staf dari DPSKBP2AD yang turut serta pada konsolidasi tersebut
” Bisa jadi begini, inikan hasil lab bisa jadi dulu memang aman dan belum tercemar tapi setelah masuknya tambang, yang di khawatirkan adalah terjadinya pencemaran sehingga biota air seperti kerang meti ini ikut terkena timbal yang kemudian dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Belum lagi aktifitas penambangan pasir yang menyedot pasir sehingga meti-meti berukuran kecil tersedot juga, hal ini yang nantinya akan mengurangi populasi kerang meti. Tapi kita berdoa saja semoga kerang meti kita aman, karena kerang meti ini merupakan ikon masyarakat Morowali Utara” Jelasnya
Keresahan masyarakat, para nelayan pencari meti yang mengaku resah akan terancamnya mata pencarian yang sudah bertahun-tahun mereka geluti.
Seperti yang di sampaikan Yuniar sebagai ketua kelompok perempuan di desa Tompira.
” Saya ingin mengucapkan terima kasih atas pendampingan yang di lakukan selama hampir tiga tahun ini. Meti yang sebelumnya hanya kami jual-jual begitu saja, sekarang sudah menjadi beragam olahan, mulai dari bakso meti, stick meti, naget dan lain-lain. Tapi kami berharap ini dapat terus berkelanjutan, apalagi sekarang sudah ada tambang nikel. Lalu kami ini bagaimana kalau meti sudah tidak ada, atau sudah tidak bagus lagi untuk di konsumsi” tutupnya.
Reporter: Aeni Hamdi